IkLaN

IkLaN

Prestasi International

IkLaN

IkLaN

Selasa, 13 Desember 2016

Medali Yang Kembali Ke Ibu Pertiwi

Medali Yang Kembali Ke Ibu Pertiwi

Pewarta: Imam Santoso

Medali yang kembali ke Ibu Pertiwi
Pebulu tangkis Tontowi Ahmad (kiri) dan Liliyana Natsir menggigit medali emas yang didapat usai mengalahkan pasangan Malaysia Chan Peng Soon dan Goh Liu Ying dua game langsung dalam partai final ganda campuran bulu tangkis Olimpiade Rio 2016 di RIo de Janeiro, Brasil, Rabu (17/8/2016). Pasangan tersebut menyumbangkan emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Rio 2016. (REUTERS/Mike Blake)
Jakarta (ANTARA News) - Pagi itu, pelatih ganda campuran Richard Mainaky sudah mendapatkan firasat positif tentang anak asuhnya. Buku renungan pagi dan renungan malam terus dibaca ketika pertandingan final tepat bersamaan dengan HUT RI ke-71 pada 2016.

"Saat itu saya tertegun, apakah ini suatu pertanda? Saya baca ulang lagi...apakah ini bisa terwujud nanti malam," ujar pria asal Ternate, Maluku itu.

Richard bahkan menunjukkan buku yang berisi doa-doa renungan Kritiani itu kepada Butet, anak asuhnya. "Saya bilang ke dia, ini bisa saja terjadi malam ini. Kamu harus percaya dan yakin kamu bisa," ujarnya.

Sementara, Owi yang merupakan pasangan bermain Butet juga tidak dapat menutupi ketegangan menghadapi partai final pesta olahraga tertinggi dunia itu. "Saya mengatasinya dengan membaca Alquran dan shalat. Saya merasa lebih dekat dengan Tuhan dalam Olimpiade kali ini," ujar pria berusia 28 tahun itu.

Pasangan atlet ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, atau lebih populer disapa Owi/Butet itu, akhirnya mencatatkan sejarah baru bulu tangkis Indonesia tepat pada 17 Agustus dengan meraih medali emas Olimpiade Rio 2016.

Owi/Butet meraih medali yang sudah dirindukan kontingen Indonesia sejak Olimpiade London 2012 itu setelah mengalahkan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Pasangan atlet bulu tangkis andalan Tanah Air itu menang 21-14, 21-12 atas Chan/Goh dalam laga selama 45 menit.

Lagu kebangsaan Indonesia Raya pun berkumandang ketika bendera Merah-Putih mulai berkibar di Riocentro Pavilion 4 Rio de Janeiro, Brasil. Kemenangan dalam Olimpiade Rio 2016 itu sekaligus menjadi "pelunasan utang" Owi/Butet setelah gagal meraih medali emas dalam Olimpiade London 2012.

Perjuangan Owi/Butet meraih medali emas dalam Olimpiade kedua mereka merupakan pembuktian atlet berkarakter juara. Kemenangan mereka adalah buah dari pertarungan mental dan kesuksesan untuk lepas dari tekanan psikologis.

"Tekanan dalam Olimpiade memang luar biasa. Meski sudah berpengalaman bertanding dalam OIimpiade, saya merasakan tekanan itu tetap tinggi," kata Butet yang telah tiga kali mengikuti Olimpiade dan mendapatkan medali perunggu dalam Olimpiade Beijing 2008 berpasangan dengan Nova Widianto.

Sejak 1992 hingga 2008, cabang bulu tangkis selalu menyumbang medali emas bagi kontingen Indonesia dalam Olimpiade. Tetapi, "setoran" itu terputus pada 2012 ketika enam wakil tidak mampu merebut satu pun medali.

"Kami persembahkan medali ini untuk Indonesia tepat pada hari kemerdekaan," kata Tontowi setelah kemenangannya.

Indonesia mengirim enam wakil pada cabang bulu tangkis OIimpiade Rio 2016. Enam wakil itu adalah Tommy Sugiarto pada nomor tunggal putra, Linda Wenifanetri pada nomor tunggal putri, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada nomor ganda putra, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari pada nomor ganda putri, Praveen Jordan/Debby Susanto pada nomor ganda campuran dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga pada ganda campuran.

Semula, Indonesia menargetkan dua medali emas dari cabang bulu tangkis yang diharapkan berasal pada nomor-nomor ganda. Tapi, Hendra/Ahsan gagal masuk babak utama setelah kalah pada penyisihan grup. 

Sementara, pasangan putri Greysia/Nitya meskipun telah melewati penyisihan grup kalah pada putaran perempat final dari pasangan China Tan Yuanting/Yu Yang11-21, 14-21.



Empat target

Olimpiade adalah salah satu dari empat target utama Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sepanjang 2016. Tiga target lain adalah gelar dalam All England 2016, Piala Thomas 2016, dan Final Super Series di Dubai pada akhir Desember.

Pada All England 2016, Indonesia berhasil mencapai target dengan kesuksesan pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto. Praveen/Debby meraih gelar All Englad setelah menaklukkan pasangan Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen 21-12, 21-17.

Ada kesamaan laga semifinal antara Praveen/Debby dalam All England 2016 dan Owi/Butet dalam Olimpiade Rio 2016. Kedua pasangan campuran Indonesia itu harus menghadapi ganda kuat China Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Dalam Piala Thomas dan Uber di Kunshan, China, Indonesia juga berhasil mencapai target yaitu final untuk Tim Thomas Indonesia. Sedangkan Tim Uber Indonesia terhenti pada perempat final setelah kalah dari tim Korea Selatan 0-3.

Walaupun tidak mendapatkan Piala Thomas 2016, tim putra Indonesia yang sebagian besar adalah atlet-atlet muda memberikan harapan kembali merebut piala kejuaraan dunia beregu putra yang digelar dua tahunan itu pada 2018.

Tim Uber Indonesia, di sisi lain, masih tertinggal dibanding tim negara tetangga Thailand yang dibuktikan pada hasil penyisihan grup C. Kelemahan tim putri Merah-Putih sangat tampak pada nomor tunggal putri.

Pada turnamen Final Super Series di Dubai pada 14-18 Desember, Indonesia masih berpeluang untuk merebut gelar juara meskipun tidak semua atlet-atlet andalan mengikuti turnamen berhadiah total satu juta dolar AS itu.

Indonesia mengirim empat wakil pada Final Super Series. Mereka adalah pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi pada nomor ganda putra. Serta, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto pada nomor ganda campuran.

Selain empat turnamen yang telah ditargetkan itu, bulu tangkis Indonesia sebenarnya masih punya tugas utama dalam turnamen internasional di negeri sendiri. Pada turnamen Indonesia Terbuka 2016 tidak satu pun atlet-atlet nasional yang berhasil meraih gelar juara. 

Bahkan, putaran final kejuaraan berhadiah total 900 ribu dolar AS itu dikuasai pemain-pemain asing seperti pemain Denmark Jan O Jorgensen, atlet andalan Malaysia Lee Chong Wei, ganda putri Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, ganda putra Korea Selatan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong, serta empat wakil China pada empat nomor pertandingan.



Persoalan regenerasi

Ketiadaan atlet-atlet Indonesia mencapai putaran final Indonesia Terbuka 2016 mengindikasikan ketimpangan regenerasi pemain-pemain pelapis selain atlet-atlet andalan seperti Tommy Sugiarto, Tontowi Ahmad, Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan, Praveen Jordan, Liliyana Natsir, Debby Susanto, Greysia Polii, dan Nitya Krishinda Maheswari.

Regenerasi menjadi kunci jika Indonesia ingin tetap menghadirkan wakil-wakilnya sebagai peraih gelar juara dalam turnamen internasional. Target-target juara itu tidak mungkin seluruhnya dibebankan kepada atlet-atlet andalan Tanah Air karena turnamen-turnamen bulu tangkis selalu ada hampir setiap pekan.

Kemunculan sejumlah atlet-atlet muda dalam Tim Thomas Indonesia 2016 menunjukkan harapan regenerasi dan kesiapan untuk merebut kembali piala kejuaraan bergengsi itu. Atlet-atlet harapan Indonesia itu antara lain trio tunggal putra Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan Ihsan Maulana Mustofa. Serta, dua pasangan putra Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.

Demikian pula Tim Uber Indonesia yang juga terdiri atas atlet-atlet muda seperti tunggal putri Fitriani dan Gregoria Mariska. Serta pasangan putri Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani serta Tiara Rosalia Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta.

Pelatnas PBSI masih mempunyai atlet-atlet potensialnya yang sepanjang 2016 menjadi pemain-pemain pelapis pada turnamen-turnamen tingkat grand prix, international challenge, bahkan international series.

Pada sektor tunggal putra, pelatnas PBSI punya Firman Abdul Kholik, Panji Ahmad Maulana, dan Muhammad Bayu Pangisthu. Kemudian, pasangan Muhammad Rian Ardianto/Fajar Alfian dan Kenas Adi Haryanto/Hardianto pada sektor ganda putra.

Ganda Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti, Hafiz Faisal/Shela Devi Aulia, dan Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika akan menjadi penantang jawara-jawara dari negara lain pada sektor ganda campuran.

Sektor tunggal putri belum memunculkan nama-nama atlet lain sebagai elemen kejutan bagi pemain-pemain luar negeri. Jarak antara pemain senior seperti Linda Wenifanetri dan Maria Febe Kusumatuti masih terlalu jauh dari pemain juniornya, kecuali Fitriani, Dinar Dyah Ayustine. Bahkan, Gregoria pada pekan kedua Desember 2016, masih berada pada peringkat 128 dunia.

Tiga pasangan ganda putri Indonesia di bawah Greysia/Nitya memang masih cukup kokoh untuk satu generasi. Tapi, pemain-pemain pelatnas di bawah mereka masih terlalu jauh untuk mengindari kekosongan generasi.



Pembinaan

PBSI periode 2016-2020 di bawah kepemimpinan Wiranto punya pekerjaan rumah yang besar untuk setidaknya mempertahankan prestasi-prestasi bulu tangkis Indonesia dalam kejuaraan internasional. Apalagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Bulu tangkis, lagi-lagi, akan menjadi cabang olahraga yang ditargetkan kontingen tuan rumah untuk meraih kesuksesan prestasi.

Jika regenerasi merupakan kunci utama prestasi bulu tangkis Indonesia, pembinaan atlet-atlet usia dini dari berbagai daerah merupakan langkah awal. PBSI pun sesungguhnya telah memulai langkah awal dengan mengeluarkan standarisasi atlet yang layak bergabung ke pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur, sejak akhir 2014.

Komposisi stadardisasi atlet yang layak masuk pelatnas PBSI itu terdiri dari 50 persen aspek teknik, taktik dan strategi permainan, 30 persen aspek fisik, dan 20 persen aspek mental bertanding. Standardisasi itu pun lantas disusun dalam bentuk buku acuan dan didistribusikan ke seluruh pengurus PBSI provinsi dan klub-klub bulu tangkis di Indonesia. 

"Kami berharap peningkatan standar atlet klub. Jadi, kami tinggal memoles atlet saat menerima mereka dalam pelatnas," demikian mantan Sekretaris Jenderal PBSI Anton Subowo ketika peluncuran buku standarisasi pelatnas.

Selain terobosan standarisasi pelatnas itu, PBSI periode kepemimpinan Wiranto juga berencana memunculkan program pelatnas pratama sebagai langkah persiapan jangka panjang atlet-atlet pelatnas.

"Saya akan menghidupkan kembali program pelatnas pratama dan akan serius memaksimalkan program itu. Pelatnas pratama akan diisi pemain berusia di bawah 15 tahun. Saya ingin pemain muda di pelatnas bukan hanya menjadi teman latihan pemain senior, tetapi menggembangkan kemampuan mereka," kata Susi Susanti yang menjadi Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI periode 2016-2020 kepada media nasional.

Penetapan standarisasi atlet maupun program pelatnas pratama punya muara yang sama yaitu peningkatan prestasi pemain-pemain bulu tangkis nasional dalam kejuaraan-kejuaraan dunia. Peningkatan prestasi itu menjadi tantangan nyata jelang sejumlah turnamen, baik kejuaraan tunggal maupun multi-cabang olahraga, pada 2017.

Pada 2017, cabang olahraga bulu tangkis dunia akan mempunyai "hajatan" besar yang termasuk dalam kejuaraan tunggal yaitu Piala Sudirman di Gold Coast Australia pada 21-28 Mei dan Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Glasgow Skotlandia pada 21-27 Agustus. Pada kategori turnamen tingkat super series, dua turnamen utama yang selalu menjadi target tim Indonesia adalah All England dan Indonesia Terbuka.

Indonesia juga akan mengikuti pesta olahraga Asia Tenggara atau SEA Games pada 2017 di Malaysia. Bulu tangkis akan kembali tampil dan diharapkan berkontribusi meraih medali, terutama medali emas. Sebagaimana SEA Games 2015 di Singapura, Indonesia juga berpotensi memunculkan atlet-atlet muda sehingga terjadi regenerasi pemain.

Berbekal regenerasi pemain, bulu tangkis Indonesia akan menyongsong dua pesta olahraga tinggi tingkat internasional yaitu Asian Games 2018 dan Olimpiade Tokyo 2020. Dalam catatan perolehan medali cabang bulu tangkis Asian Games, Indonesia berada pada peringkat kedua dengan 26 medali emas, 25 medali perak, dan 40 medali perunggu. Tim China masih menjadi tim superior pada peringkat pertama dengan 40 medali emas, 28 medali perak, dan 33 medali perunggu.

Sementara dalam catatan perolehan medali cabang bulu tangkis Olimpiade, Indonesia juga menempati peringkat kedua di bawah tim China. Indonesia hingga 2016 telah mengumpulkan tujuh medali emas, enam medali perak, dan enam medali perunggu. Sedangkan China mengoleksi 18 medali emas Olimpiade, delapan medali perak, dan 15 medali perunggu.

Tim Korea Selatan yang menempati peringkat ketiga dengan enam medali emas, tujuh medali perak, dan enam medali perunggu dalam cabang bulu tangkis Olimpiade punya peluang untuk menyalip peringkat Indonesia sebagai runner-up. Maka, Indonesia harus terus mengejar ketertinggalan prestasi dengan upaya-upaya yang telah dijalankan dan direncanakan.

"Program kami dalam enam bulan ini antara lain dalam bidang pembinaan prestasi. Kami akan akan merekrut pemain dan pelatih sesuai dengan prestasi mereka. Harus ada peningkatan dengan sistem pelatihan yang lebih modern dan harus ada regenerasi," ujar Ketua Umum PP PBSI Wiranto selepas mengumumkan pengurus PBSI periode 2016-2020.

Indonesia menunggu buah kepengurusan Wiranto itu dengan bukti lagu Indonesia Raya yang berkumandang pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, Piala Sudirman, Piala Thomas-Uber, SEA Games, Asian Games, dan tentunya Olimpiade.
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)

Golden Disk Awards 2018

Golden Disk Awards 2018

IkLaN